Rabu, 30 Desember 2009

Sastra Indonesia

04.43

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
lisan
tulisan
• Bahasa lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang diturunka dari kosakata yang besar (kurang lebih 10.000) bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frase dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis. Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami.
• Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.Tulisan dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pada tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan huruf-huruf hieroglif yang mewakili kata-kata atau benda.Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Angkatan Pujangga Lama
Angkatan Sastra Melayu Lama
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan 1945
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan 1980 - 1990-an
Angkatan Reformasi
Angkatan 2000-an





Sumber diambil dari www.google.com

Bayangan dalam Lamunanku

04.16

Indahnya pagi dimana sang fajar mulai menampakkan sinarnya dari balik awan, seolah ingin mengganti keheningan malam dengan cerahnya sinar surya yang memperlihatkan keindahan alam. Pagi yang cerah dimana banyak orang yang ingin kembali melanjutkan segala aktivitasnya setelah beristirahat di malam yang panjang. Begitu pula dengan yang Ku lakukan, ketika jam tapat menunjukan pukul 6 pagi dengan dentingan alarm yang membangunkan Ku dari tidur Ku. Ku buka jendela kamar dan membiarkan sejuknya udara pagi masuk ke dalam kamar melewati celah – celah jendela kamar. Sementara itu Ku ratapi langit dalam – dalam dengan rasa syukur dalam hati dengan apa yang Ku raih saat ini mengingat jerih payah untuk menjadi sekarang tidaklah mudah, walaupun tidak berhenti sampai disini harapan – harapan yang Ku gantungkan karena memang manusia tidaklah pernah merasa puas atas apa yang telah diperolehnya untuk menjadi lebih baik lagi. Begitu pula dengan yang Ku rasakan, Ku tidak ingin puas sampai disini walaupun kini Aku telah bekerja ditempat yang Ku rasa cukup baik karena dari sinilah Aku dapat membantu kondisi keuangan keluargaku bahkan membantu membiayai sekolah adikku, sampai lulus kuliah hingga Ia memperoleh pekerjaan sekarang ini. “Upz….sudah jam berapa ini, hampir saja Ku kesiangan karena larut dalam bayanganku”, gumamku. Segera Ku mandi dan berpakaian lalu keluar dari kamar dan ternyata Ibu sudah sibuk menyiapkan sarapan untukku. Ibu tidak pernah absen menyiapkan sarapan untukku, yach walaupun Aku sudah terbilang dewasa diusia Ku saat ini namun Ibu tidak pernah Lelah membantu memenuhi segla kebutuhanku seperti menyiapkan sarapan sampai menyiapkan sepatu yang akan Ku pakai. Maka wajarlah jika Aku sangat sayang pada Ibu. Oh…waktu cepat sekali berjalan, jam sudah menunjukkan hampir pukul 7, rina adikku yang sedari tadi sudah lama menungguku mulai mengeluh kesal. “Aduch…cepat dong Ka, Aku sudah lama nunggu nich. Lagi pula nanti Aku bisa terlambat sampai ke kantor!!!” ujarnya. Ku percepat sarapan pagiku dan bergegas mengenakan sepatu lalu kami pun berangkat tidak lupa pamitan pada Ayah dan Ibu.
Aku pun berangkat dan Huuh….inilah pemandangan kota Jakarta yang setiap hari harus Ku nikmati, padatnya orang maupun kendaraan yang berlalu – lalang yang pastinya menyebabkan macet dan polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Setelah lama menunggu di halte, maka tibalah bis yang akan membawaku sampai ke kantor. Ku naik dan duduk dibangku paling belakang karena bis sudah penuh tapi untunglah masih tersisa satu bangku untukku tempati. Yeah….seperti biasa Aku pun terjebak macet tapi hal ini tidak terlalu membuatku kesal. Hmm….tak terasa waktu cepat sekali berganti, masih terngiang dalam benakku masa – masa ketika Aku masih menjadi seorang mahasiswa disuatu perguruan tinggi swasta yang mungkin banyak orang kurang mengenalnya. Aku sadar saat itu kehidupan ekonomi keluargaku tidaklah berlebihan namun cukup sederhana, akan tetapi kedua orang tuaku terutama Ibu yang giatnya membantu Ayah untuk mencari nafkah dengan bersusah payah agar Ku bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi hungga duduk dibangku kuliah. Karena hal itulah maka Ku tidak ingi mengecewakan kerja keras mereka. Ku giat belajar setiap hari agar Ku mendapatkan nilai dan hasil yang baik, sungguhlah niat yang baik bila diimbangi dengan kerja keras akan membuahkan hasil yang baik pula. Ku memperoleh IPK maksimal di kampus yaitu 4.
Semester demi semester Ku lewati. Namun semakin lama tidak sedikit membutuhkan biaya karena Ku harus menyelesaikan tugas akhir mrmbuat skripsi dan sidang. Walaupun Aku mendapat beasiswa karena prestasiku di kampus serta Om dan Tanteku yang selalu membantu memenuhi segala kebutuhan kuliahku mulai dari membelikan buku – buku yang Ku perlukan sampai membelikan Ku computer guna mempermudahkan Ku dalam menyelesaikan skripsiku. Namun hal ini tidak sepenuhnya mengurangi beban orang tuaku, mengingat Rina adikku saat itu masih duduk dibangku SMA hingga akhirnya Ku putuskan untuk membantu mencari uang demi mengurani beban keluargaku dalam masalah biaya kuliah Ku. Mulai menjadi pedagang kaki lima denga berjualan sepatu dan sandal untuk anak – anak hingga penjual minyak wangi dari mesjid ke mesjid Ku lakukan. Aku tidak merasa malu melakukan ini semua walau teman – teman kampus Ku mengetahuinya. Ternyata apa yang Ku lakukan membuat keluargaku bersedih terutama Ibu dan Tanteku, mereka menangis karena melihatku yang harus berjualan selepas Ku pulang kuliah. Hal utama yang membuat mereka menangis bukanlah karena hal itu semata. Akan tetapi karena harus melihatku menjadi pedagang kai lima yang menjajakan barang dagangannya dipinggir jalan. Semula Ku tak kuasa melihat air mata mereka, namun Ku tutupi rasa sedihku dengan sikap tegar dan senyumanku. Dan Ku berkata pada Ibu “ Bu….apa yang Ku lakukan ini tidaklah sebanding dengan apa yang Ibu lakukan untukku, Lagi pula untuk menjadi manusia yang berhasil dan sukses harus diawali dengan perjuangan dan kerja keras bukan?!” Ibu pun tersenyum mendengar perkataanku. Hari demi hari Ku lalui dengan kerja keras karena Ku harus membagi waktu antara berdangan dan belajar. Ku tidak ingin karena hal ini nilaiku menurun dan ternyata Ku dapat mempertahankan prestasiku. Dan berkat doa keluargaku pula Ku dapat menyelesaikan kuliahku tepat pada waktunya dan Ku menjadi mahasiswa terbaik karena Ku dapat memepertahankan IPK 4 Ku sampai semester akhir. Hingga saatnya diwisuda, Ibu kembali meneteska air mata dengan perasaan senang, haru dan bangga kepada Ku. Karena dari sekian banyak orang tua, orang tuaku diberi kehormatan untuk bangku yang khusus disediakan serta diberi ksempatan untuk memberikan sambutan. Ku bahagia melihat wajah Ibu yang bangga kepadaku serta senyum senang dari keluargaku.” Oh…yeah ampun” Ku terkejut karena sedar tadi kondektur bis menepuk – nepuk pundakku yang hendak meminta ongkos kepadaku dan ternyata Aku sudah hampir sampai di kantor. Oh.....sungguh Ku terlaru dalam lamunanku.

Sabtu, 05 Desember 2009

Wanita Bersarung Baja

01.53

Tubuhmu yang mungil
Bak butiran intan permata
Bentuknya yang kecil
Namun kuat bagai baja

Saat pagi datang menyambut
Kau mulai hari dengan senyuman
Kau lakukan tugas – tugas mu
Layaknya tugas seorang ibu

Bila matahari menjelang
Kau langkahkan kaki untuk mencari nafkah
Untuk menghidupi putra – putri mu
Tak peduli walau badan terasa lelah

Begitu teguhnya dirimu
Kau berjuang disaat matahari menampakkan sinarnya
Dan pulang saat matahari bersembunyi dibalik awan
Wahai kau wanita yang tegar