Rabu, 30 Desember 2009

Bayangan dalam Lamunanku

04.16

Indahnya pagi dimana sang fajar mulai menampakkan sinarnya dari balik awan, seolah ingin mengganti keheningan malam dengan cerahnya sinar surya yang memperlihatkan keindahan alam. Pagi yang cerah dimana banyak orang yang ingin kembali melanjutkan segala aktivitasnya setelah beristirahat di malam yang panjang. Begitu pula dengan yang Ku lakukan, ketika jam tapat menunjukan pukul 6 pagi dengan dentingan alarm yang membangunkan Ku dari tidur Ku. Ku buka jendela kamar dan membiarkan sejuknya udara pagi masuk ke dalam kamar melewati celah – celah jendela kamar. Sementara itu Ku ratapi langit dalam – dalam dengan rasa syukur dalam hati dengan apa yang Ku raih saat ini mengingat jerih payah untuk menjadi sekarang tidaklah mudah, walaupun tidak berhenti sampai disini harapan – harapan yang Ku gantungkan karena memang manusia tidaklah pernah merasa puas atas apa yang telah diperolehnya untuk menjadi lebih baik lagi. Begitu pula dengan yang Ku rasakan, Ku tidak ingin puas sampai disini walaupun kini Aku telah bekerja ditempat yang Ku rasa cukup baik karena dari sinilah Aku dapat membantu kondisi keuangan keluargaku bahkan membantu membiayai sekolah adikku, sampai lulus kuliah hingga Ia memperoleh pekerjaan sekarang ini. “Upz….sudah jam berapa ini, hampir saja Ku kesiangan karena larut dalam bayanganku”, gumamku. Segera Ku mandi dan berpakaian lalu keluar dari kamar dan ternyata Ibu sudah sibuk menyiapkan sarapan untukku. Ibu tidak pernah absen menyiapkan sarapan untukku, yach walaupun Aku sudah terbilang dewasa diusia Ku saat ini namun Ibu tidak pernah Lelah membantu memenuhi segla kebutuhanku seperti menyiapkan sarapan sampai menyiapkan sepatu yang akan Ku pakai. Maka wajarlah jika Aku sangat sayang pada Ibu. Oh…waktu cepat sekali berjalan, jam sudah menunjukkan hampir pukul 7, rina adikku yang sedari tadi sudah lama menungguku mulai mengeluh kesal. “Aduch…cepat dong Ka, Aku sudah lama nunggu nich. Lagi pula nanti Aku bisa terlambat sampai ke kantor!!!” ujarnya. Ku percepat sarapan pagiku dan bergegas mengenakan sepatu lalu kami pun berangkat tidak lupa pamitan pada Ayah dan Ibu.
Aku pun berangkat dan Huuh….inilah pemandangan kota Jakarta yang setiap hari harus Ku nikmati, padatnya orang maupun kendaraan yang berlalu – lalang yang pastinya menyebabkan macet dan polusi udara dari asap kendaraan bermotor. Setelah lama menunggu di halte, maka tibalah bis yang akan membawaku sampai ke kantor. Ku naik dan duduk dibangku paling belakang karena bis sudah penuh tapi untunglah masih tersisa satu bangku untukku tempati. Yeah….seperti biasa Aku pun terjebak macet tapi hal ini tidak terlalu membuatku kesal. Hmm….tak terasa waktu cepat sekali berganti, masih terngiang dalam benakku masa – masa ketika Aku masih menjadi seorang mahasiswa disuatu perguruan tinggi swasta yang mungkin banyak orang kurang mengenalnya. Aku sadar saat itu kehidupan ekonomi keluargaku tidaklah berlebihan namun cukup sederhana, akan tetapi kedua orang tuaku terutama Ibu yang giatnya membantu Ayah untuk mencari nafkah dengan bersusah payah agar Ku bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi hungga duduk dibangku kuliah. Karena hal itulah maka Ku tidak ingi mengecewakan kerja keras mereka. Ku giat belajar setiap hari agar Ku mendapatkan nilai dan hasil yang baik, sungguhlah niat yang baik bila diimbangi dengan kerja keras akan membuahkan hasil yang baik pula. Ku memperoleh IPK maksimal di kampus yaitu 4.
Semester demi semester Ku lewati. Namun semakin lama tidak sedikit membutuhkan biaya karena Ku harus menyelesaikan tugas akhir mrmbuat skripsi dan sidang. Walaupun Aku mendapat beasiswa karena prestasiku di kampus serta Om dan Tanteku yang selalu membantu memenuhi segala kebutuhan kuliahku mulai dari membelikan buku – buku yang Ku perlukan sampai membelikan Ku computer guna mempermudahkan Ku dalam menyelesaikan skripsiku. Namun hal ini tidak sepenuhnya mengurangi beban orang tuaku, mengingat Rina adikku saat itu masih duduk dibangku SMA hingga akhirnya Ku putuskan untuk membantu mencari uang demi mengurani beban keluargaku dalam masalah biaya kuliah Ku. Mulai menjadi pedagang kaki lima denga berjualan sepatu dan sandal untuk anak – anak hingga penjual minyak wangi dari mesjid ke mesjid Ku lakukan. Aku tidak merasa malu melakukan ini semua walau teman – teman kampus Ku mengetahuinya. Ternyata apa yang Ku lakukan membuat keluargaku bersedih terutama Ibu dan Tanteku, mereka menangis karena melihatku yang harus berjualan selepas Ku pulang kuliah. Hal utama yang membuat mereka menangis bukanlah karena hal itu semata. Akan tetapi karena harus melihatku menjadi pedagang kai lima yang menjajakan barang dagangannya dipinggir jalan. Semula Ku tak kuasa melihat air mata mereka, namun Ku tutupi rasa sedihku dengan sikap tegar dan senyumanku. Dan Ku berkata pada Ibu “ Bu….apa yang Ku lakukan ini tidaklah sebanding dengan apa yang Ibu lakukan untukku, Lagi pula untuk menjadi manusia yang berhasil dan sukses harus diawali dengan perjuangan dan kerja keras bukan?!” Ibu pun tersenyum mendengar perkataanku. Hari demi hari Ku lalui dengan kerja keras karena Ku harus membagi waktu antara berdangan dan belajar. Ku tidak ingin karena hal ini nilaiku menurun dan ternyata Ku dapat mempertahankan prestasiku. Dan berkat doa keluargaku pula Ku dapat menyelesaikan kuliahku tepat pada waktunya dan Ku menjadi mahasiswa terbaik karena Ku dapat memepertahankan IPK 4 Ku sampai semester akhir. Hingga saatnya diwisuda, Ibu kembali meneteska air mata dengan perasaan senang, haru dan bangga kepada Ku. Karena dari sekian banyak orang tua, orang tuaku diberi kehormatan untuk bangku yang khusus disediakan serta diberi ksempatan untuk memberikan sambutan. Ku bahagia melihat wajah Ibu yang bangga kepadaku serta senyum senang dari keluargaku.” Oh…yeah ampun” Ku terkejut karena sedar tadi kondektur bis menepuk – nepuk pundakku yang hendak meminta ongkos kepadaku dan ternyata Aku sudah hampir sampai di kantor. Oh.....sungguh Ku terlaru dalam lamunanku.

0 komentar:

Posting Komentar